Awas, Ibu! IDAI Beri Peringatan Serius terkait ASI Bubuk

- 10 Mei 2024, 23:55 WIB
ILUSTRASI: Tanggapan IDAI terkait tren ASI bubuk
ILUSTRASI: Tanggapan IDAI terkait tren ASI bubuk /Pikiran Rakyat Tangerang Kota/PEXELS/Towfiqu barbhuiya

PR TANGERANG KOTA - Fenomena baru terkait ASI bubuk, yang dikenal dengan proses freeze-drying, tengah menarik perhatian terutama di ranah media sosial. Freeze-drying, atau yang sering disebut teknik lyophilization, merupakan cara untuk memperpanjang masa simpan ASI dari 6 bulan hingga 3 tahun dalam freezer.

Tujuan dari teknik ini adalah untuk menghemat ruang penyimpanan ASI dan memberikan kenyamanan bagi ibu yang ingin terus memberikan ASI meskipun sudah berada di luar masa cuti melahirkan. Namun, Ketua Satgas ASI dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K), menyampaikan bahwa metode freeze-drying ini memiliki implikasi terhadap kualitas dan rasa ASI.

Menurutnya, belum ada bukti ilmiah yang memadai untuk memastikan apakah ASI yang dihasilkan melalui proses freeze-dried memiliki komposisi nutrisi yang sesuai untuk kebutuhan bayi, termasuk zat-zat aktif yang penting untuk pertumbuhan dan kekebalan tubuh bayi.

Proses freeze-drying ini melibatkan pembekuan ASI pada suhu ekstrim sekitar -50 Celsius selama beberapa jam, kemudian mengubahnya menjadi bubuk susu melalui proses sublimasi, yaitu perubahan langsung dari bentuk padat menjadi gas tanpa melewati fase cair. Setelah proses ini, 1 liter ASI dapat menghasilkan sekitar 140 gram susu bubuk.

Baca Juga: Fenomena ASI Bubuk yang Viral di TikTok oleh Influencer Natasha Surya: Definisi, Proses, dan Risiko

Meskipun pembekuan ASI merupakan praktik yang umum dilakukan di rumah, penelitian menunjukkan bahwa proses ini dapat mengakibatkan perubahan fisik pada komponen utama ASI, seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan pada misel kasein, serta penurunan komposisi faktor bioaktif protein seiring lamanya penyimpanan beku.

Perlu diingat juga bahwa proses freeze-drying tidak melalui tahap pasteurisasi yang bertujuan untuk membunuh bakteri berbahaya. Hal ini dilakukan dengan sengaja untuk menjaga kandungan probiotik yang penting dalam ASI. Namun, risiko kontaminasi masih tetap ada, terutama saat penambahan air pada bubuk freeze-dried ASI sebelum dikonsumsi bayi.

Dr. Naomi menegaskan bahwa meskipun menyusui dan memerah ASI mungkin terasa melelahkan, menyusui langsung dari payudara ibu sangat dianjurkan untuk menjaga ikatan emosional antara ibu dan bayi, meningkatkan rasa aman, dan memperkuat hubungan orangtua-anak. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi keamanan dan keefektifan metode freeze-drying ini sebelum direkomendasikan oleh lembaga kesehatan resmi seperti CDC, AAP, atau FDA.

Satgas ASI dari Ikatan Dokter Anak Indonesia juga mengingatkan agar tidak tergesa-gesa dalam mempromosikan atau memberikan ASI freeze-dried kepada bayi, terutama bayi dengan kondisi medis tertentu seperti prematur atau gangguan kekebalan tubuh.***

Halaman:

Editor: Baha Sugara

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah