Sejarah Mudik di Indonesia: Kapan Mulai Muncul Istilah Mudik, dan Tujuannya Apa

- 2 April 2024, 09:45 WIB
Ilustrasi mudik.
Ilustrasi mudik. /Pikiran Rakyat/Fian Afandi/

Tangerang, PRMN - Bagaimana sejarah mudik di Indonesia? Mudik, sebuah tradisi yang telah mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia, kembali menjadi sorotan menjelang hari raya besar, seperti Lebaran Idul Fitri hingga Natal dan Tahun Baru. Namun, tahukah Anda sejarah dan makna di balik istilah 'mudik' yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia?

Mudik, yang berasal dari singkatan 'mulih dilik', memiliki arti pulang sebentar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik juga berarti pulang ke kampung halaman. Asal-usul istilah 'mudik' sendiri berasal dari bahasa Melayu 'udik' yang artinya hulu atau ujung. Pada masa lampau, masyarakat Melayu yang tinggal di hulu sungai sering melakukan perjalanan ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk. Setelah selesai urusan mereka, mereka kembali pulang ke hulu pada sore hari.

Sejarah mencatat bahwa istilah 'mudik' mulai muncul pada tahun 1970-an, ketika Jakarta masih menjadi satu-satunya kota besar di Indonesia. Banyak orang dari berbagai daerah datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dan penghidupan yang lebih baik. Mereka bekerja di kantor pemerintah, swasta, pabrik, dan berbagai industri. Namun, ada saatnya para perantau tersebut kembali ke kampung halaman, dan kegiatan ini disebut dengan 'mudik'.

Baca Juga: Aplikasi Pendukung Perjalanan Mudik yang Wajib Dimiliki

Mudik bukan hanya sekadar perjalanan pulang ke kampung halaman, tetapi juga menjadi momentum terbaik bagi para perantau untuk melepas rindu dengan keluarga dan sanak saudara di kampung halaman. Fenomena mudik telah menjadi tradisi tahunan yang tidak hanya dilakukan oleh masyarakat muslim, tetapi telah merangkul seluruh masyarakat Indonesia.

Tujuan utama dari kegiatan mudik adalah untuk menjalin silaturahmi dengan orang tua, kerabat, dan tetangga di kampung halaman. Selain itu, mudik juga menjadi kesempatan bagi para perantau untuk berbagi rezeki hasil merantau kepada saudara di kampung dan sebagai pengingat asal-usul daerah bagi mereka yang merantau.

Mudik juga menjadi terapi psikologis dengan memanfaatkan libur hari besar untuk berwisata. Dengan demikian, tradisi mudik bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga sebuah perjalanan emosional dan spiritual bagi masyarakat Indonesia.***

Editor: Baha Sugara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini