Muhammadiyah Usulkan Tidak Ada Sidang Isbat, Pemerintah dan NU Pertahankan Tradisi

- 9 Maret 2024, 21:25 WIB
Ilustrasi sidang isbat.
Ilustrasi sidang isbat. /Pikiran-Rakyat.com/Fian Afandi.

PRMN - Umat Islam Indonesia kembali dihadapkan pada kemungkinan memulai ibadah puasa Ramadan pada tanggal yang berbeda. Organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, telah menetapkan awal Ramadan pada 11 Maret 2024, sementara awal Syawal di tanggal 10 April. Keputusan ini diambil dengan menggunakan metode hisab atau penghitungan.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengusulkan penghapusan sidang isbat, yang rencananya akan berlangsung pada 10 Maret. Menurutnya, hasil hisab sudah cukup sebagai dasar penentuan tanggal, dan hal ini juga dapat menghemat anggaran negara dalam kondisi keuangan yang sulit.

Meskipun Muhammadiyah telah memutuskan tanggal awal Ramadan, Nahdlatul Ulama (NU) dan pemerintah Indonesia masih mengandalkan sidang isbat sebagai acuan. Sidang ini dijadwalkan pada 10 Maret 2024 dan akan melibatkan hasil hisab serta pemantauan hilal di 134 lokasi di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Penutupan Pengajian Tawakufan, Persiapan Spiritual Jelang Bulan Ramadan

Kementerian Agama menyatakan bahwa sidang isbat penting sebagai wujud kehadiran negara dalam menengahi perbedaan metode penentuan tanggal awal Ramadan dan Syawal oleh berbagai organisasi Islam di Indonesia.

Sementara itu, NU menganggap mustahil untuk menghapus sidang isbat, yang telah menjadi bagian integral dalam sejarah Islam. Metodenya, rukyatul hilal, menggunakan pemantauan langsung terhadap hilal sebagai penentu keputusan akhir.

Muhammadiyah, dalam pengumuman awal Ramadan, menggunakan metode hisab hakiki yang berfokus pada peredaran bulan dan matahari secara hakiki. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan bahwa metode hisab dapat memberikan kepastian tanggal, bulan, dan tahun baru Hijriah.

Pemerintah dan NU menegaskan pentingnya sidang isbat sebagai forum bersama untuk mengambil keputusan. Ini juga mempertimbangkan demokrasi dengan melibatkan seluruh organisasi yang hadir. Namun, Muhammadiyah tetap bersikukuh bahwa sidang isbat tidak diperlukan dan anggaran negara dapat dihemat.

Baca Juga: Prasmanan Ramadan di Fame Hotel, Ada Nasi Kebuli hingga Roti Chapati

Halaman:

Editor: Juliadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini